Kisah DevOps dimulai pada tahun 2007, ketika Patrick Debois (Konsultan Pengembangan) ingin mempelajari berbagai aspek TI. Dia kesal dengan perbedaan antara cara tim pengembangan dan tim operasi bekerja. Patrick kemudian bertemu dengan Andrew Shafer untuk mulai mengelola sistem tangkas.
Pada tahun 2010, diskusi tentang DevOps mulai memanas di seluruh dunia dengan munculnya tagar DevOpsDays di media sosial. Pada tahun 201 , perusahaan besar seperti Target, Nordstrom, dan
LEGO menjadi yang pertama menerapkan prinsip DevOps ke bisnis mereka.
Apa
itu DevOps?
DevOps adalah singkatan dari dua kata, yaitu Pengembangan dan Operasi. Dimana kedua kata tersebut berarti “kegiatan pembangunan”. Seperti disebutkan sebelumnya, DevOps adalah prinsip pengembang untuk koordinasi yang efektif dan efisien antara tim pengembangan dan operasi.
DevOps adalah singkatan dari dua kata, yaitu Development dan Operations. Kasus dua kata berarti menggabungkan proses pengembangan/pengembangan sistem/aplikasi dengan operasi/operasi. Seperti disebutkan sebelumnya, DevOps adalah disiplin pengembang yang bertujuan untuk mengkoordinasikan seluruh tim yaitu tim pengembangan dan operasi secara efisien dan efektif. Mindset yang diusung DevOps adalah kolaborasi antar tim bisa dilakukan dalam waktu singkat, jadi tidak banyak bertanya.
Tim operasi atau tim pengembangan hanya perlu mengkonfigurasi beberapa komponen yang diperlukan melalui prosedur yang dibuat. Tentu saja, orkestrasi yang diterapkan ke DevOps membutuhkan alat. Ada banyak alat yang dapat Anda gunakan, termasuk Manajemen Kode Sumber (SCM), yang biasanya digunakan oleh tim pengembangan. Produk SCM yang paling terkenal adalah Git, bersama dengan source code repository (SCR) seperti GitHu, GitLab, Bitbucket, atau lainnya. Namun, SCM saja tidak cukup untuk komunikasi antara tim pengembangan dan tim operasi.
Agar tim operasi dapat menemukan masalah, mereka biasanya akan terhubung ke perangkat lunak manajemen produk, seperti Jira. Melalui perangkat lunak manajemen produk, tim operasi dapat mendeteksi berbagai masalah yang terjadi pada sistem/aplikasi. Dengan demikian, antara departemen pengembangan dan operasi akan saling terhubung.
Tujuan DevOps
DevOps bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi
antara tim pengembangan dan operasi, mulai dari perencanaan hingga aplikasi/fungsi yang diberikan
kepada pengguna. Semua ini harus dilakukan secara otomatis untuk :
1. Meningkatkan frekuensi penyebaran.
2. Meningkatkan waktu ke pasar.
3. Mengurangi tingkat kegagalan pada build terbaru.
4. Mempersingkat waktu
perbaikan.
5. Peningkatan waktu pemulihan.
Menurut laporan State of DevOps 2015, organisasi TI yang menerapkan DevOps memberikan kinerja 30x lebih baik dengan waktu aktif 200x lebih banyak, kesalahan 60x lebih sedikit, dan pemulihan 168x lebih cepat.
Tools yang Digunakan DevOps
Melalui berbagai referensi, ternyata banyak sekali tools implementasi DevOps yang harus Anda ketahui.
1 Kelola kode sumber
Berkat repositori kode sumber,
pengembang dapat menguji dan memodifikasi kode tanpa harus menulisnya sendiri. Kontrol sumber mungkin telah ada selama 0 tahun, tetapi ini adalah komponen kunci dari integrasi berkelanjutan atau CI. Contoh produk yang berfungsi seperti SCM adalah Git, Subversion, Cloudforce, Bitbucket, dan TFS.
2 Bangun server
Server build adalah alat otomatisasi yang mengkompilasi kode
dalam SCR (Source Code Repository) ke dalam basis kode yang dapat dieksekusi. Anda dapat menemukan alat ini seperti Jenkins, SonarQube dan Artifactory.
3 Manajemen Konfigurasi
Manajemen konfigurasi berguna untuk mendefinisikan konfigurasi pada server atau lingkungannya. Alat umum yang sering Anda temukan seperti Wayang dan Koki.
Skill DevOps Engineer
Berkat data yang diberikan oleh platform pekerjaan Jobstreet, informasi tentang 16 lowongan dengan posisi DevOps Engineering tersedia. Gaji dari 8 juta hingga 20 juta dengan pengalaman 3 hingga 5 tahun.
Sebelum terjun ke dunia DevOps, Anda harus mengetahui beberapa keterampilan yang diperlukan untuk mengambil tanggung jawab ini. Keterampilan ini termasuk Python, AWS, Agile, SDLC, DevOps, Kubernetes, Docker,
Scripting, Jenkins, dan Linux. Persyaratan keterampilan berdasarkan posting pekerjaan di perusahaan LogisFleet saat ini sedang mencari karyawan untuk bekerja sebagai insinyur DevOps.
Kegiatan DevOps
1 Integrasi Berkelanjutan
Continuous Integration adalah layanan yang disediakan oleh DevOps untuk membuat dan mengotomatiskan pengujian. Ini dilakukan dengan menggunakan alat dalam bentuk Repositori Kode Sumber (SCR) untuk menemukan kode bug dan perbaikan.
2 Pengiriman terus menerus
Pengiriman berkelanjutan selalu berhasil dalam pengembangan perangkat lunak untuk perubahan kode. Proses ini dilakukan setelah integrasi berkelanjutan untuk menambahkan lebih banyak pembaruan ke aplikasi yang sedang berjalan.
3 Penyebaran berkelanjutan
Setelah proses Continuous Integration-Delivery ditata dengan baik, tim pengembangan dapat melihat perubahan yang terjadi di lingkungan
pengujian/lingkungan pengembangan/lingkungan produksi.
Comments
Post a Comment